Senin, 28 Januari 2019

GEMBLENGAN & DZIKIR BERSAMA MAJELIS ROHMATAN LIL 'ALAMIN

GEMBLENGAN & DZIKIR BERSAMA 
MAJELIS ROHMATAN LIL 'ALAMIN
(26 JANUARI 2019)


















ZIARAH MAKAM KERAMAT PANGERAN ACHMAD DJAKETRA (PANGERAN JAYAKARTA)

ZIARAH MAKAM KERAMAT 
PANGERAN ACHMAD DJAKETRA (PANGERAN JAYAKARTA)
DJATINEGARA KAUM, KLENDER, JAKARTA TIMUR
(24 JANUARI 2019)






Gemblengan Ilmu Kolo Sekti Brojo Tauhid Pamungkas


Assalamu'alaikum,

Gemblengan Ilmu Kolo Sekti Brojo Tauhid Pamungkas, insya Allah berfungsi untuk kekebalan, keselamatan lahir & bathin, memancarkan aura kesaktian, kewibawaan, kerejekian dan lain2, sangat cocok di pelajari di zaman sekarang ini yg rawan begal di mana2, cocok bagi orang2 yg bekerja di lapangan (supir gojek, grab, gocar, security dll).
Insya Allah untuk menguasai ilmu ini sangatlah mudah, hanya skitar 5 s.d 10 menit sudah bisa memguasai ilmu ini.
#Mahar Rp 450.000,-

-Alamat Lengkap : Perumahan Villa Gading Harapan 2 blok F2 no.8,  kel. Satriamekar, kec. Tambun Utara, Bekasi. (Depan pasar Gabus gerbang VGH5)

- Pelatih.         : AA Gofur / Ki Drajat Al Bantani / Ki Braja Guntur Dewo
  • No hp & WA      : 0888-0810-5115
Yang tidak bisa datang langsung bisa pesan lewat paket jarak jauh dengan hasil insya Allah sama & maksimal.- Utamakan istikhoroh dahulu sebelum ambil program ini karena kunci belajar sukses ada padaKeyakinan, keikhlasan, Kepasrahan, Kesabaran & Khusnudzon (selalu berprasangka baik).

Note: Bonus Buku Tartibul Fawatih/Tawasulan, Dzikir Karomah & minyak keilmuan


Selasa, 22 Januari 2019

FOTO HABAIB

Keterangan foto dari kiri


1. Habib Muhsin bin Muhammad Al-Attas, Al-Hawi Jakarta
2. Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, Gresik (murid Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi, Gubah Ampel Surabaya)
3. Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad, Bogor (menantu Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar, Bondowoso)
4. Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar, Bondowoso (menantu Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi, Gubah Ampel Surabaya)
5. Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi, Gubah Ampel Surabaya

KEUTAMAAN MENGHADIRI MAJLIS TA'LIM (PENGAJIAN)

KEUTAMAAN MENGHADIRI MAJLIS TA'LIM (PENGAJIAN)


Al Faqih Abu Laits Samarqandi, seorang ulama salaf mengatakan dalam kitabnya Tanbihul Ghafilin. Orang yang duduk menghadiri majelis ta’lim, sekalipun tidak dapat mengingat ilmu yang disampaikan, akan meperoleh 7 kemuliaan :

1. Kemuliaan orang yang menuntut ilmu
 Dalam hadist Nabi ﷺ disebutkan  :
من خرج في طلب العلم فهو في سبيل الله حتى يرجع
“Barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia berada jalan ALLAH سبحانه وتعالى sampai dia kembali”

2. Dia dijaga dari perbuatan dosa selama duduk dalam majelis

3. Turun kepadanya rahmat ALLAH سبحانه وتعالى sejak dia keluar dari rumahnya

4. Dan apabila turun suatu rahmat kepada orang-orang yang hadir majlis, maka dia juga akan mendapatkan rahmat tersebut.

5. Dituliskan sebagai amal kebajikan sepanjang memperhatikan apa yang dibicarakan

6. Diliputi para malaikat dengan sayapnya

7. Setiap langkah ditulis sebagai kebaikan dan sebagai penebus dosa.

------------------------------------
Bagaimana dengan orang yang mampu mengingatnya dan mengambil pelajaran darinya? Tentu akan semakin besar kemuliaan yang diperoleh seperti yang dikatakan oleh Sayyidina Umar bin Khatab رضي اللّـہ عنہ :

”Terkadang orang keluar rumah dengan menanggung dosa sebesar gunung Thihamah. Tetapi ketika ia mendengarkan ilmu yang dibahas di majelis ta’lim, dia merasa takut dan bertaubat. Maka ketika pulang dia menjadi bersih dari segala dosa. Oleh karena itu dekatilah majelis ta’lim, karena tiada majelis yang lebih mulia dari majelis ta’lim.”

THARIQAH MENURUT AL HABIB LUTHFI BIN YAHYA

THARIQAH MENURUT AL HABIB LUTHFI BIN YAHYA


Ma’rifat adalah “mengerti dan mengenal”. Mengerti belum tentu mengenal, tapi kalau mengenal sudah pasti mengerti. Jadi ma’rifat di sini adalah mengenal Allah Swt., seperti halnya kita mengetahui sifat-sifatNya, baik yang wajib, mustahil dan jaiz. Tapi pengenalan itu baru pondasi. Untuk mengenal lebih jauh kita harus sering-sering mendekati Allah Swt. agar Allah juga mendekat dengan kita.

Makhluk Allah banyak yang mengerti tapi tidak mengenal Allah. Dengan ilmu ma’rifat ini, kita belajar mengenal Allah dan Allah pun akan mengenali kita. Tapi tidak semudah yang kita bayangkan, diperlukan ritual-ritual khusus untuk bisa lebih dekat dengan Allah dan agar kita juga tidak lalai dengan Allah.

Bila dalam mengenal Allah kita sudah dapat saling mengenal, berarti kita sudah semakin dekat dengan Allah. Tapi pasti pengenalan seseorang dengan Allah berbeda-beda, tergantung dengan tahapan-tahapannya. Itulah pentingnya wirid untuk mencapai tingkatan kema’rifatan yang tinggi.

Sebenarnya dalam thariqah yang dikhususkan adalah cara membersihkan hati, tashfiyatulqulub atau tazkiyatunnufus. Sedangkan bacaan-bacaannya (wiridan) adalah sebagai nilai tambahan untuk pendekatan kepada Allah Swt.

Thariqah sebagian besar adalah mengamalkan kalimat “La ilaha illallah” atau kalimat “Allah” sebanyak-banyaknya sesuai ketentuan oleh thariqah itu sendiri. Ada yang mewiridkan secara sirr (dalam hati atau pelan) dan ada pula yang mewiridkannya secara jahr (keras).

Wirid yang paling baik sebenarnya adalah membaca al-Quran, karena dalam hadits dijelaskan bahwa “Barangsiapa ingin berdialog dengan Allah, maka bacalah al-Quran”. Dialog dengan Tuhan adalah wirid yang paling indah. Kemudian membaca kalimat thayibah seperti lafadz “La ilaha illallah”, maka Allah akan menjamin surga bagi para pembaca kalimat tersebut. Kemudian lafadz-lafadz yang lainya seperti istighfar, shalawat, tahmid, tasbih, asmaul husna, karena itu semua juga adalah kalimat-kalimat yang sering dibaca oleh Rasulullah Saw. dan kalimat-kalimat tersebut adalah kalimat yang biasa dibaca oleh para jamaah thariqah.

Memang tidak dapat kita pungkiri bahwa, thariqah juga amalan yang tidak gampang untuk dijalani. Karena apabila terjadi kelalaian dalam pengerjaannya kita akan berdosa, sebab amalan dalam thariqah adalah suatu keharusan (kewajiban) untuk dikerjakan. Tapi kalau dilihat dari segi positifnya memang thariqah tersebut adalah proses kita untuk lebih mengenali Allah.

Disamping itu, thariqah dapat melepaskan kedua penyakit hati yang ada pada diri kita; untuk mengatasi kealpaan dalam hati dan menghilangkan noktah atau kotoran yang ada. Sebab amalan dalam thariqah adalah kewajiban maka orang akan berhutang apabila tidak mengerjakan amalan tersebut, dan akan mengerjakannya walaupun dalam keadaan apapun. Dan thariqah juga dapat menghapus hijab pembatas yang terdapat dalam dirinya yang mengakibatkan sifat lalai serta banyak lupa kepada Allah Swt.

Kalau seseorang ingin hatinya bersih dan membersihkan hati setidaknya orang tersebut mempunyai ketertarikan terhadap thariqah tersebut, karena kalau dilihat dari fungsi thariqah adalah menghapuskan kotoran dalam hati dengan selalu mengamalkan dzikirnya. Karena dari dzikir tersebut orang akan selalu tenang dan sabar dalam menghadapi setiap masalah yang ia hadapi, karena orang tersebut akan selalu merasa dekat dengan Allah.

Kaitan Thariqah dan Syariat

Kalau kita pahami lebih lanjut, thariqah dan syariat sebenarnya memang tidak dapat dipisahkan, karena tujuan keduanya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Karena ketika seseorang berthariqah tetapi ia meninggalkan syariat, maka itu juga salah karena ia telah meninggalkan kewajibannya.

Thariqah adalah buah dari syariat. Jadi kalau berthariqah tidak boleh lepas dari pintunya dahulu yaitu syariat. Karena syariatlah yang mengatur tentang kehidupan kita, dengan menggunakan hukum, dari mulai aqidah, keimanan, keislaman, sehingga kita beriman kepada Allah, malaikat, kitab Allah, para rasul, hari akhir, takdir yang baik dan buruk. Dan dengan syariat pula kita mengetahui rukun Islam, yaitu dua kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji.

Setelah kita dapat menjalankan syariat dengan baik, dan kita sudah memgetahui hukum-hukum dalam syariat maka kita baru menuju pada tingkatan yang lebih tinggi, yaitu menuju thariqah dan belajar untuk mengenal Allah. Maksudnya bahwa thariqah adalah tingkatan bagi orang yang sudah cukup ilmunya, terutama yang sudah diwajibkan syariat. Karena tidak semua orang langsung dapat menuju pada tingkat thariqah.

Orang yang menuju thariqah haruslah mengetahui Allah, seperti mengetahui tentang sifat wajib dan mustahil Allah, dan juga mengetahui sifat mumkin (jaiz) Allah. Orang tersebut juga mengetahui tentang hukum-hukum dalam beribadah, seperti rukun wudhu, rukun iman, hal-hal yang membatalkan wudhu, rukun shalat serta hal-hal yang membatalkan dalam shalat. Dan juga orang tersebut dapat membedakan mana yang halal dan yang haram. Bilamana hal-hal tersebut sudah dapat terpenuhi maka tidak ada salahnya apabila orang tersebut masuk ke dalam thariqah.

Antisipasi dalam Berthariqah

Perlu diketahui juga bahwa sufisme itu sudah tidak asing lagi di kalangan kita, dan telah menjadi warna di kota-kota besar di beberapa negara. Jika kita tertarik pada thariqah atau perkumpulan dzikir tertentu, kita juga harus mengetahui tentang perkumpulan tersebut. Karena di jaman sekarang banyak organisasi-organisasi yang mengatasnamakan Islam untuk kepentingan mereka dan menyelewengkan tentang hukum-hukum yang telah ditetapkan.

Maka untuk mengantisipasi hal tersebut, yang perlu kita lakukan adalah seperti apakah thariqah tersebut dan siapakah yang memimpin thariqah tersebut. Meskipun dalam dzikir yang dibaca itu memang dari Rasulullah Saw., namun terkadang ada kelompok yang menyelewengkannya atau menyimpang dari ajaran sehingga keluar dari jalan yang benar dan menyesatkan.

Pada thariqah yang kita perlu ketahui dahulu adalah alirannya, semissal thariqah Qadiriyah, Syadziliyah, Syatariyah dan lain sebagainya. Menurut data yang ada pada Jam’iyyah Ahlit Thariqah al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN), jumlah thariqah yang diakui itu ada sekitar 70 thariqah. Penegasan muktabar atau tidaknya sebuah thariqah tentu harus melalui suatu penelitian. Pertama dari ajarannya, kemudian dari ketentuan wiridnya tergolong ma’tsur atau tidak, dan yang ketiga memiliki silsilah atau mata rantai dengan guru yang jelas hingga pada pendiri thariqah tersebut.

Guru thariqah yang merupakan guru ruhani itu haruslah orang yang mengerti tentang agama. Jika tidak mengerti maka bisa diragukan kapasitas keguruannya. Sebab bagaimana ia bisa memimpin suatu organisasi ritual dan keruhanian sementara ia tidak mengerti tentang agama? Sebab orang yang telah menapak jalur thariqah haruslah sudah sempurna syariatnya dan guru tersebut juga telah menjalankan semua kewajiban agama bahkan termasuk shalat sunnahnya. Hal ini juga terkait dengan akhlak sang guru. Seseorang dianggap mengerti tentang ilmu agama minimal bisa dilihat dari bacaan al-Qurannya. Sebab seorang ulama diukur pertama kalinya dari pemenuhan syarat menjadi imam shalat antara lain dari kefasihannya membaca ayat-ayat al-Quran.

Memang dalam kenyataannya, terkadang banyak orang yang bingung tentang thariqah, ada yang ingin masuk tetapi belum sampai pada tingkatan tersebut dan juga belum mengetahui tentang pentingnya berthariqah. Perlu kita ketahui, jika kita masuk pada thariqah maka keimanan kita akan terbimbing. Disitulah peran para guru mursyid, sehingga tingkatan tauhid kita, ma’rifat kita tidak salah dan tidak sembarangan menempatkan diri sebab ada bimbingan dari mursyid tersebut.

Antara Berthariqah dan Tidak

Bagaimana dengan orang yang tidak berthariqah? Syarat berthariqah itu harus mengetahui syariatnya dahulu, artinya kewajiban-kewajiban yang harus dimengerti oleh setiap individu sudah dapat dipahami. Diantaranya hak Allah Swt., lalu hak para rasulNya. Setelah kita mengenal Allah dan RasulNya kita perlu meyakini apa yang telah disampaikannya, seperti rukun Islam, yaitu membaca syahadat, mengerjakan shalat, melaksanakan puasa, berzakat bagi yang cukup syaratnya, serta naik haji bagi yang mampu. Begitu juga mengetahui rukun iman, serta beberapa tuntunan Islam seperti shalat, wudhu dan lain-lain.

Orang yang menempuh jalan kepada Allah dengan sendirinya, tentu tidak sama dengan orang yang menempuh jalan kepada Allah secara bersama-sama yaitu melalui seorang mursyid. Sebagai contoh kalau kita ingin ke Mekkah dan kita belum pernah ke Mekkah dan belum mengenal Mekkah, tentu berbeda dengan orang yang datang ke tempat tersebut dengan disertai pembimbing atau mursyid.

Orang yang tidak mengenal sama sekali tempat tersebut, karena meyakini berdasarkan informasi dan kemampuannya maka itu sah-sah saja. Namun bagi orang yang disertai mursyid akan lebih runtut dan sempurna, karena pembimbing tadi sudah berpengalaman dan akan mengantar ke rukun yamani, sumur zamzam, makam Ibrahim, dan lain-lain. Meski orang tersebut sudah sampai ke Ka’bah namun apabila tidak tahu rukun yamani, dia tidak akan mampu untuk thawaf karena tidak tahu bagaimana memulainya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang yang ingin berthariqah haruslah melalui para guru atau mursyid, agar jalan yang ditempuh dapat berjalan dengan baik dan bisa mendekatkan diri kepada Allah sedekat mungkin.

Agama Islam adalah agama yang fleksibel, yaitu maksudnya bahwa agama Islam tidak memberatkan kepada umatnya tentang suatu ibadah. Dalam arti orang Islam melakukan suatu ibadah itu menurut kemampuannya masing-masing, karena kemampuan seseorang dengan orang yang lain tentu berbeda-beda. Itulah sebabnya mengapa tingkatan-tingkatan seseorang dalam beribadah kepada Allah pun berbeda-beda pula. Memang tujuannya sama, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah, akan tetapi tentu hasilnya akan berbeda menurut dengan usaha yang dilakukan.

Dalam beribadah tentu sekelompok orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam mencapai kesempurnaan untuk dapat mengerti Allah dan dekat dengan Allah Swt. Cara-cara tersebut sah-sah saja asal tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan oleh syariat, dan tidak menyesatkan.

Kaitan Thariqah dan Tasawuf

Tasawuf adalah salah satu usaha peniadaan diri, yaitu menyerahkan seluruh jiwa dan raga hanya untuk mengabdi kepada Allah Swt. Itulah cara yang kebanyakan ditempuh oleh seorang sufi, melalui ritual-ritual khusus dan amalan-amalan yang berbeda-beda pula. Amalan-amalan tersebut ditunjukan untuk menyanjung Allah dan mengakui kebesaran Allah Swt. Allah adalah Dzat yang Mahapengasih dan penyayang. Barangsiapa yang ingin berusaha dengan sungguh-sungguh pasti Allah akan mengabulkannya.

Thariqah itu min ahli la ilaha illallah, dimana ajarannya mencermikan setelah kita iman dan Islam lalu ihsan. Makna ihsan dalam hal ini adalah menyembahlah kepada Allah seolah-olah kita melihat Allah. Kalau tidak mampu, kita harus yakin bahwa kita sedang dilihat Allah Swt. Dengan merasa didengar dan dilihat oleh Yang Maha Kuasa, itu akan mengurangi perbuatan-perbuatan yang merugikan dirinya sendiri apalagi kepada orang lain. Karena kita malu, takut kepada Yang Maha Kuasa.

Tasawuf itu sendiri berfungsi untuk menjernihkan hati dan membersihkan hawa nafsu dari berbagai sifat yang dimiliki manusia, utamanya sifat kesombongan yang disebabkan oleh banyak hal. Jika ajaran tasawuf itu diamalkan, tidak ada yang namanya saling dengki dan saling iri, justeru yang muncul adalah saling mengisi.

Tasawuf itu buah dari thariqah. Pakaian thariqah adalah tasawuf yang bersumberkan dari akhlak dan tatakrama (adab). Contohnya, orang masuk kamar mandi dengan kaki kiri terlebih dahulu, masuk masjd mendahulukan kaki kanan, dll. Itu semua ajaran tasawuf. Contoh lain, sebelum makan baca Basmalah dan setelah selesai baca Hamdalah. Apa yang diajarkan dalam tasawuf sebagai bentuk rasa terimakasih kepada yang memberi rejeki. Kita ambil satu butir nasi yang terjatuh, karena kita sadar bahwa kita tidak bisa membuat butir nasi, lalu kita bersyukur. Itu semua ajaran tasawuf.

Nah, kalau syariat itu terbatas. Maka jika syariat yang diberlakukan, orang mabuk tidak boleh berdekatan dengan orang Muslim. Kalau tasawuf tidak demikian, mereka harus diajak bicara, mengapa mereka mabuk. Kita tidak boleh tunduk dengan pejabat karena ada alasan tertentu, akan tetapi kita wajib menjaga wibawa pejabat di hadapan umum, sekalipun dengan pribadi kita ada ketidakcocokan. Akan tetapi jangan asal tabrak. Ini semua juga ajaran tasawuf.

Berthariqah dan Batasan Usia

Jika belajar dzikir kepada Allah Swt. menunggu sudah tua, iya kalau umurnya sampai tua. Bagaimana kalau masih muda meninggal? Yang terpenting adalah mereka mengerti tata urutan berthariqah, mengerti syarat dan rukunnya dulu seperti masalah wudhu dan shalat, mengerti sifat wajib, jaiz dan mustahil Allah, mengetahui halal dan haram.

Kalau menertibkan hati menunggu tua, nanti terlanjur hati berkarat tebal. Maka sejak usia muda seyogyanya mereka mulai mengamalkan ajaran thariqah, seperti MATAN (Mahasiswa Ahlit Thariqah An-Nahdliyyah).

Apakah boleh mengikuti baiat thariqah, padahal masih belajar ilmu syariat? Setiap Muslim tentu boleh, bahkan harus, berusaha menjaga serta meningkatkan kualitas iman dan Islam di hatinya dengan berbagai cara. Salah satunya dengan berthariqah. Namun berthariqah sendiri bukan hal yang sangat mudah. Karena, sebelum memasukinya, seseorang harus terlebih dulu mengetahui ilmu syariat. Tapi juga bukan hal yang sangat sulit, seperti harus menguasai seluruh cabang ilmu syariat secara mumpuni.

Yang diprasyaratkan untuk masuk thariqah hanya pengetahuan tentang hal-hal yang paling mendasar dalam ilmu syariat. Dalam aqidah, misalnya, ia harus sudah mengenal sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah. Dalam fiqih, ia sudah mengetahui tata cara bersuci dan shalat, lengkap dengan syarat, rukun, dan hal-hal yang membatalkannya, serta hal-hal yang dihalalkan atau diharamkan oleh agama.

Jika dasar-dasar ilmu syariat sudah dimiliki, ia sudah boleh berthariqah. Tentu saja ia tetap mempunyai kewajiban melengkapi pengetahuan ilmu syariatnya yang bisa dikaji sambil jalan. Syariat lainnya adalah umur yang cukup (minimal 8 tahun), dan khusus bagi wanita yang berumah tangga harus mendapat izin dari suami. Jika semuanya sudah terpenuhi, saya mengimbau segeralah ikut thariqah.

Semua thariqah, asalkan mu’tabarah, ajarannya murni dan silsilahnya bersambung sampai Rasulullah Saw., sama baiknya. Karena semua mengajarkan penjagaan hati dengan memperbanyak dzikrullah, istighfar dan shalawat. Yang terpenting, masuklah thariqah dengan niat agar kita bisa menjalankan ihsan. Jangan masuk thariqah karena khasiatnya atau karena cerita kehebatan guru-guru mursyidnya.

(Fp Maulana Habib Luthfi bin Yahya).

ZIARAH ZANBAL TARIM

ZIARAH ZANBAL TARIM


Di pemakaman Zanbal banyak dimakamkan para Auliya’ Allah dan orang shalih dari keturunan Baginda Rasulullah SAW yang tidak terhitung jumlahnya. Di pemakaman ini pula, terdapat makam beberapa para sahabat Nabi Saw.

1. Sayyidina Faqih Al-Muqoddam

Aturan berziarah ke Zanbal diawali dengan berziarah ke makam Sayyidina Faqih Almuqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawy. Dalam hal ini, Syekh Ahmad bin Muhammad Baharmi r.a berkata, “Aku bermimpi melihat Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar berziarah di pemakaman Zanbal. Dalam mimpi itu mereka berkata kepadaku, “Jika engkau ingin berziarah, maka yang pertama kali diziarahi adalah Al Faqih Muqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawy”.

Sebagian kaum shalih mengatakan barang siapa yang berziarah kepada orang lain sebelum berziarah kepada Al Faqih Muqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawy, maka batallah ziarahnya. Baru setelah itu berziarah ke makam ayah dan putra Beliau, Habib ‘Alwy al Ghoyyur.

2. Alhabib Muqoddam Tsani Alhabib Abdurrahman Assegaf dan ayah beliau Habib Muhammad Maula Dawilah

Beliau memiliki 13 orang anak, keseluruhannya menjadi Auliya’ Allah. Beliau teramat sangat terkenal, Beliau meneladani cara hidup para leluhurnya baik dalam usahanya menutup diri agar tidak dikenal orang lain, maupun dalam hal – hal ibadah. Beliaulah yang menurunkan beberapa imam besar di zamannya.
Setiap malamnya, Beliau selalu beribadah, bertafakkur, dan menyendiri di sebuah lembah di sepertiga malam terakhir.

Setiap hari, Beliau mengkhatamkan Al Qur’an dua kali khotmah di pagi hari, dan dua kali khotmah di malam hari. Semakin lama semangat Beliau bertambah hingga mampu mengkhatamkan empat kali khotmah di pagi hari, dan empat kali khotmah di malam hari. Bahkan disebutkan Beliau hampir tidak pernah tidur.

Bagaimana seseorang dapat tidur, jika miring ke kanan melihat surga, dan jika miring ke kiri melihat neraka?

Selama satu bulan, Beliau menyendiri di makam Nabiyullah Hud a.s dan selama itu Beliau tidak makan kecuali hanya segenggam roti yang terbuat dari gandum.

3. Kemudian berziarah ke makam paman Sayyidina Faqih, yaitu Habib Ali bin Alwy Kholi’ Qosam

Beliau tinggal di daerah Qosam. Setiap sholat saat mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW dalam tahyat, Beliau selalu mendengar jawaban langsung dari Rasulullah SAW “wa’alaika salam Yaa Syekh” dan sampai sekarang banyak orang – orang yang masih mendengar jawaban tersebut di masjid Beliau yang terletak di kota Qosam.

4. Lalu dilanjutkan berziarah kepada Habib Muhammad bin Hasan Jamalullail

Beliau dijuluki Jamalullail yang berarti keindahan malam, karena Beliau senantiasa bangun di malam hari untuk beribadan kepada Allah.

5. Kemudian dilanjutkan berziarah ke Alhabib Umar al Muhdhor dan Habib Ali bin Abi Bakar Assakran.

Mereka adalah putra dari Alhabib Abdurrahman Assegaf. Alhabib Umar Muhdhor termasuk seorang wali yang dicemburui oleh Allah, bahkan lahan pertanian Beliaupun dijaga oleh Allah SWT. Setiap ada burung yang masuk dan ingin memakan tanaman dari kebun Beliau, seketika itu burung tersebut mati.

Dan selama masa hidup Beliau, akhlaq di kota Tarim begitu terjaga. Bahkan tidak ada seorangpun dari penduduk kota Tarim yang berani mengeraskan suara mesin motor, dari kewibawaan Beliau. Sehingga Beliau berkata, “barangsiapa masuk ke kota Tarim dan tidak beradab didalamnya, maka aku akan menggantungnya diantara langit dan bumi”.
Begitu pula dengan saudara Beliau, Alhabib Ali bin Abu Bakar Assakran, Beliau dijuluki Assakran yang berarti mabuk atau tidak sadarkan diri, karena Beliau teramat sangat menikmati dalam beribadah kepada Allah, sampai – sampai Beliau mabuk di dalam munajatnya kepada Allah SWT.

6. Kemudian menuju ke qubah Syekh Abdullah Alaydrus

Beliau adalah seorang wali quthub, dan guru dari Alhabib Abdullah Alhaddad yang mana qubah antara keduanya dipisahkan dengan jalanan yang dikatakan Roudhoh min Riyadhil Jannah atau taman dari taman – taman surga. Barangsiapa yang berdoa kepada Allah niscaya akan dikabulkan oleh Allah SWT.

7. Dilanjutkan dengan ziarah Habib Abdullah Alhaddad

Dalam riwayat, dikatakan bahwa sejak usia 4 tahun karena sakit yang dideritanya Allah mengambil pengelihatan Beliau, tetapi Allah ganti dengan ‘ainun bashiroh (mata hati).
Kemudian Sang Ibu yang dalam keadaan sedih melihat kondisi putranya, Beliau bawa anak tercintanya berziarah ke makam Habib Abdullah Alaydrus, kemudian Ia bermunajat kepada Allah, dalam doanya Ia mengatakan, “Jika Anakku kelak tidak dapat bermanfaat untuk umat Sayyidina Muhammad SAW, maka lebih baik Engkau ambil dia karena aku tidak sanggup melihat anakku tumbuh dalam keadaan buta. Namun jika kelak ia dapat bermanfaat untuk umat Sayyidina Muhammad SAW, maka aku ridho atas ujian yang Kau berika kepadaku”. Lalu terdengar suara, “Wahai seorang Ibu, bersabarlah. Karena kelak anakmu akan menjadi orang besar yang akan bermanfaat bagi umat Sayyidina Muhammad SAW dikemudian hari”.

Dan berkat doa, harapan, dan kemuliaan yang Allah berikan, maka terbukti Habib Abdullah memberikan manfaat besar bagi umat Rosulullah SAW melalui karangan – karangan Beliau, yang telah banyak diterjemahkan dalam beberapa bahasa di seluruh penjuru dunia. Bahkan ulama mengatakan, bahwa rahasia Alhabib Abdullah Alhaddad terdapat dalam kitab – kitab karangan Beliau, salah satunya adalah Ratib Haddad yang telah banyak dibaca dimana – mana. Bahkan Beliau menjadi wali quthub selama 80 tahun, rodhiyallahu anhum ajma’in..

8. Menuju qubah Alhabib Syekh Alaydrus

Beliau juga dikenal dengan seorang hamba yang tekun dalam beribadah, wara’, dan semangat dalam menyebarkan dakwah Sayyidina Muhammad SAW.

Dilanjutkan dengan pemakaman Furaith

Selain pemakan Zambal, terdapat pula pemakaman Furaith. Dalam kamus bahasa arab, arti Furaith adalah gunung kecil. Alhabib Abdurrahman Assegaf mengatakan, ditempat itu dimakamkan lebih dari 10.000 wali. Beberapa ulama ahli kasyaf menyaksikan, sesungguhnya rohmat Allah SWT yang turun pertama kali di dunia, adalah di pemakaman Furaith. Sebagian ulama dikota Mekkah menceritakan bahwa dibawah tanah di pemakaman Furaith, terdapat taman dari taman – taman surga. Wallahu a'lam.

Semoga kita ditakdirkan ziarah ke sana. Amin

Orang Mati Butuh Orang Hidup, Doakan dan Ziarahi Kuburnya

Orang Mati Butuh Orang Hidup, Doakan dan Ziarahi Kuburnya


Habib Salim bin Abdullah bin Umar asy-Syathiri adalah seorang pemuka para ulama di Tarim Hadhramaut Yaman. Kedalaman dan kepakaran beliau dalam segala ilmu telah disepakati banyak ulama, hingga sebuah gelar prestisius diberikan kepada beliau, yakni, Sulthonul ‘Ilmi. Nasihat-nasihat yang beliau berikan sangat dahsyat, menggugah hati-hati yang terlelap, dan menyinarinya dengan cahaya Nabawi, khas seorang pewaris Nabi. Kerugian yang besar jika nasihat hebat beliau ini kita lewatkan:

من عزّ مصابا كأنّ له مثله أجره

“Siapa yang bertakziyah kepada orang yang tertimpa musibah, dia akan mendapat pahala seperti orang yang terkena musibah tersebut.”

Orang yang bernasab pada orang saleh akan mendapat manfaat dari keturunannya tersebut:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ

“Dan orang-orang yang beriman, yang keturunan-keturunan mereka mengikuti keimanan mereka, akan Kami golongakan bersama mereka.” (QS. ath-Thur ayat 21)

Seperti diceritakan dalam surat al-Kahfi, dimana Nabi Musa As. Diperintah oleh Nabi Khidhir As. untuk membangun sebuah rumah yang orangtua dari anak yang rumahnya dibangun tersebut adalah orang saleh. Ahli tafsir menyebutkan bahwa yang dimaksud orang saleh itu adalah orangtua dari nasab ke-7 di atas mereka.

Ada orang yang menganggap bahwa tahlilan adalah bid’ah. Mereka adalah orang-orang yang salah tapi merasa benar. Mereka tidak melaksanakan apa yang dikerjakan oleh kakek-kakek mereka. Mereka membaca al-Fatihah ketika salat Jenazah tapi menentang pembacaan al-Fatihah untuk mayit.

Apa yang dilakukan pada waktu salat Jenazah bertentangan dengan yang dikatakannya. Misal pembacaan al-Fatihah untuk mayit adalah sesuatu yang dilarang, pasti Allah akan melarang pembacaan al-Fatihah pada saat salat Jenazah!

Dikisahkan seorang sahabat bernama Sa’ad berkata, “Ya Rasulallah, aku mempunyai ibu yang sudah meninggal, seandainya dia hidup pasti dia akan bersedekah.”

Lalu Rasulullah bersabda, “Bersedekahlah untuknya!”

Sa’ad mempunyai sumur dan  sumur tersebut disedekahkan untuk kaum Muslimin atas nama ibunya yang sudah meninggal dunia. Sedekah dan membaca al-Quran untuk orang yang sudah meninggal adalah sesuatu yang disepakati para ulama bahwa hal itu akan bermanfaat untuk si mayit.

Berziarahkuburlah:

لو لا أهل الدنيا لهلك أهل القبور

“Bila tidak ada penghuni dunia maka akan celaka penghuni kubur.”

 Hendaknya bertakziyah kepada saudaramu, karena:

كما تدين تدان

“Semua orang juga butuh diziarahi suatu saat nanti.”

Tulislah wasiat! Dalam hadits dikatakan bahwa orang yang meninggal dan  tidak menulis wasiat maka diumpamakan meninggal dalam keadaan jahiliyah, cacat di mata Allah dan bisu. Orang-orang yang meninggal saling mengunjungi, tapi orang yang tidak menulis wasiat tidak bisa berbicara dengan yang lain. Perbaikilah keadaan kita, agar di akhir hidup kita dikenang dengan baik.

(Disarikan dari ceramah Habib Salim asy-Syathiri di kediaman Alm. Habib Abdullah bin Idrus Assegaf Surabaya, pada Selasa 9 November 2014)

____________________________________________


Al Habib Umar bin Hafidz berkata,

bahwa Al Imam Al Habib Ahmad bin Hasan al Atthas menyebutkan jika seseorang menyebut nama orang sholeh/wali maka jarak antara ia dengan orang sholeh/wali tersebut semakin dekat.

Orang yang menyebut nama orang sholeh/wali itu seperti orang yang menelpon. Contohnya ketika kita memencet nomor telpon maka akan berdering pada nomer yang kita tuju. Begitu juga ketika kita sebut nama orang soleh/wali maka akan berdering di sisi orang sholeh/wali tersebut.

Siapa orang yg membaca wirid / kitab orang sholeh ketahuilah bahwa orang sholeh tersebut hadir. Jika kita sering menyebut nama orang sholeh maka sirr orang tersebut akan melekat pada wajah kita. Wallahu A’lam

_______________


PENGHUNI KUBUR MERASA SENANG DIZIARAHI


Hadis bersumber dari 'Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : "Tiada seorang pun yang menziarahi kubur saudaranya lalu duduk di sisinya melainkan ia senang atas kedatangannya, hingga dia bangkit dari duduknya".

Fadhl bin Muwaffiq, saudara sepupu Sufyan bin Uyainah, berkisah, bahwa ia merasa terpukul dengan kematian ayahnya. Setiap hari ia menziarahi makam ayahnya. Lama-lama ia merasa bosan, lalu jarang berziarah. Suatu hari ia berziarah lagi, dan tertidur di situ, lalu bermimpi seolah-olah makam ayahnya terkuak dan nampak ayahnya duduk di atas makam dengan berpakaian kafan. Ia menangis melihatnya, lantas ayahnya berkata: "Anakku! Lama benar kamu tidak ke sini?". "Apakah ayah mengetahui kedatanganku?", tanya Fadhl. "Aku tahu setiap kamu datang. Aku merasa senang dan gembira dengan kedatanganmu dan kiriman doamu. Demikian pula orang-orang di sekitarku", jawab almarhum ayahnya.

Riwayat shahih dari Amr bin Dinar. Katanya : "Tidak seorang pun yang mati melainkan dia mengetahui apa yang terjadi di tengah keluarganya setelah itu. Sewaktu mereka memandikan dan mengkafaninya, dia dapat melihat mereka".

Riwayat shahih lainnya dari Mujahid. Katanya : "Sesungguhnya seorang mayat dapat mengetahui dari dalam kuburnya tentang keshalihan anaknya setelah itu".

Abu Ayyub berkata, "Amal orang-orang yang masih hidup diperlihatkan kepada orang yang sudah mati. Jika mereka melihat amal yang baik, mereka merasa senang dan gembira. Sebaliknya, jika menyaksikan amal buruk, mereka berkata : "Ya Allah! Singkirkanlah amal itu".

Rasulullah saw bersabda : "Hidupku lebih baik bagimu, karena kamu dapat berbicara secara langsung denganku. Matikupun baik bagimu, karena amal-amalmu diperlihatkan Allah kepadaku. Jika aku melihat amalmu baik, aku bersyukur dan jika melihatnya buruk, aku akan memohonkan ampunan untukmu". (HR al-Bazzar, dari hadis Ibnu Mas'ud)


________________

Jika ayah ibumu, kakek nenekmu, para leluhurmu dari kalangan muslimin dan muslimat telah wafat. Jika mereka orang biasa mereka selalu berdoa kepada Allah agar kamu selalu dalam kebaikan dunia dan akhirat. Jika mereka orang soleh selain mereka selalu mendoakanmu, kadang kala mereka mendapat izin beberapa saat untuk datang ke dunia menemuimu. Jika mereka termasuk Wali Allah mereka dapat setiap saat datang mendoakanmu, menemanimu, mengawasimu, melindungimu, menolongmu, memberikan bisikan-bisikan kebaikan dan kemaslahatan kepadamu. Kamu harus selalu berterima kasih kepada mereka, kasih sayang dan perhatian mereka terus berlanjut dari dunia sampai akhirat. Walaupun mereka telah meninggal dunia, kamu harus terus berusaha agar kamu dapat memperbuat banyak kebaikan yang membanggakan mereka. Walaupun mereka telah wafat, mereka selalu bergembira dengan kebaikan yang kamu kerjakan dan mereka sedih dan kecewa dengan keburukan yang kamu perbuat. Dunia dan kemegahannya bagi mereka sudah berlalu dan tidak ada artinya sama sekali. Al-Fatihah, yasin, tahlil, tahmid, umroh, haji, sedekah, hewan kurban yang selalu kamu kirimkan kepada mereka, bagi mereka, lebih berharga dari seluruh kemewahan dunia. Dihadapan mereka al-fatihah, yasin, tahlil , tahmid, sedekah, umroh, haji, hewan qurban yang pahalanya kamu niatkan untuk mereka, Allah wujudkan menjadi kemegahan, kemewahan dan kenikmatan yang abadi dan tak ternilai harganya. Ya Allah jadikanlah kami Qurrota A'yun (kesayangan dan kebanggaan) bagi ayah, ibu, kakek nenek dan para leluhur kami. Ya Allah jadikanlah anak keturunan kami Qurrota A'yun untuk kami. Shollallaah Ala An Nabi Sayyidi wa Maulaya Muhammad wa Alih. Bagi mereka yang ayah, ibu, kakek, nenek dan leluhurnya bukan orang soleh dan bukan termasuk Wali Allah, sedangkan mereka ingin mendapatkan doa, kasih sayang dan perhatian dari orang soleh dan dari Wali Allah, kerjakan hal-hal berikut : 1. Selalu mengirimkan pahala al-fatihah, yasin, tahlil, tahmid, sedekah, umroh, haji, hewan qurban untuk mereka (para wali dan orang soleh), 2. Rajin berziarah ke kubur mereka, 3. Merapikan dan membersihkan kubur mereka, 4. Berbuat baik, menghormati dan mencintai keluarga dan anak keturunan mereka, 5. Membaca wirid mereka.

HABIB AHYAD BANAHSAN
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

AL HABIB UMAR BIN UTSMAN BANAHSAN

AL HABIB UMAR BIN UTSMAN BANAHSAN


Ketika pertama kali Habib Umar Banahsan hendak mengaji kepada Guru Marzuqi, sang guru berkata kepadanya sambil menunjuk murid-muridnya, “Wan, mereka mengaji sama Abang dengan membayar, tapi Wan mengaji sama Abang, nanti Abang bayar.“
Beberapa ratus tahun belakangan hingga sekarang tampaknya tak ada ulama dari kalangan habaib di Jakarta yang ketokohan, keulamaan, pengaruh, dan karya-karyanya melebihi Habib Utsman bin Abdullah bin Yahya (wafat 1912) yang biasa disebut Mufti Betawi. Azyumardi Azra dalam bukunya Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal (20021 menyebutnya sebagai ulama paling terkemuka abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Nusantara. Sedangkan di kalangan ulama pribumi, salah seorang tokoh besar yang pernah hadir di Betawi pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 adalah KH. Ahmad Marzuqi bin Mirshod yang akrab disebut Guru Marzuqi. Habib Umar Banahsan dari segi keturunan adalah cucu Habib Utsman bin Yahya, sedangkan dari segi keilmuan ia salah seorang murid terdekat dari Guru Marzuqi. Lebih dari itu, ayahandanya juga memiliki kaitan yang istimewa pula dengan Guru Marzuqi.
Siapa sesungguhnya Habib Umar Banahsan ini? Apa pula hubungan ayahnya dengan Guru Marzuqi? Bagi masyarakat daerah Sawah Barat, Pondok Bambu, Mender, dan Duren Sawit pada umumnya, Habib Umar Banahsan bukanlah nama yang asing. Mereka sangat mengenalnya karena beliau sangat berjasa bagi mereka.
Tokoh ini dilahirkan di Jatinegara – dulu disebut Mester, dari kata Mesteer atau lengkapnya Mesteer Cornelis – Jakarta Timur, sekitar tahun 1915 atau 1916.. Ayahnya, Habib Utsman Banahsan adalah putra Habib Muhammad bin Ahmad bin Hamid bin Abdullah bin Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar bin Ali bin Umar bin Syaikh Hasan (datuk keluarga Banahsan) bin al-Imam asy-Syaikh Ali bin al-Imam Abu Bakar as-Sakran bin al-Faqih al-Muqaddam ats-Tsani al-Quthb al-Imam Abdur Rahman as-Saggaf.
Kabilah (marga) Banahsan bagi sebagian orang memang tidak sepopuler kabilah-kabilah seperti as-Seggaf, al-Attas, al-Habsyi, al-Haddad, al-Aydrus, dan beberapa kabilah habaib yang lainnya. Meskipun demikian, di beberapa daerah di Nusantara, kabilah ini tidak asing, bahkan cukup terkenal. Di Siak, Riau misalnya, beberapa sultan dari Kerajaan Siak Sri Indapura, termasuk sultan yang sekarang berasal dari keluarga Banahsan, meskipun tidak mencantumkan nama kabilah Banahsan. Jumlah komunitas keluarga Banahsan di Indonesia pun sesungguhnya tidak terlalu sedikit dan ada di beberapa daerah. AI-Mak’ab ad-Daimi, lembaga di bawah ar-Rabithah al-Alawiyyah yang mengurus pemeliharaan sejarah dan statistik Alawiyyin melaporkan dalam sensusnya yang diadakan tahun 1950-an bahwa keluarga Banahsan paling banyak berada di Banyuwangi, kemudian Gresik, Jakarta, dan beberapa kota yang lain.
Ayah beliau sering disebut Habib Utsman Muda untuk membedakan dengan Habib Utsman bin Abdullah bin Yahya, Mufti Betawi yang disebut Habib Utsman Tua. Ada juga yang menyebut Habib Utsman Banahsan dengan sebutan Habib Utsman Mester, sedangkan Habib Utsman bin Yahya disebut Habib Utsman Petamburan.
Sedangkan ibundanya adalah Syarifah Khadijah, putri Habib Utsman bin Yahya. Jadi, Habib Utsman Banahsan atau Habib Utsman Muda adalah menantu dari Habib Utsman bin Yahya. Selain itu sebagaimana ditulis oleh Alwi Shahab di harian Republika (8 Mei 2005) dan keterangan dari pihak keluarga, Habib Utsman Banahsan adalah saudara sepupu dari Habib Utsman bin Yahya. Ibu mereka, yakni Fathmah (ibunda Habib Utsman Banahsan) dan Aminah (ibunda Habib Utsman bin Yahya) adalah putri Syaikh Abdur Rahman al-Mishri, seorang ulama yang tinggal di Jakarta yang dari narnanya dapat diketahui berasal dari Mesir, bukan Hadramaut. Aminah dipersunting oleh Habib Abdullah bin Yahya (ayah Habib Utsman bin Yahya) sedangkan Fathmah menikah dengan Habib Muhammad Banahsan (ayah dari Habib Utsman Banahsan).
Sebelum menikah dengan Fathmah, Habib Utsman Banahsan sebelumnya pernah menikah dengan wanita lain dan mendapatkan anak bernama Hasan. Setelah itu beliau menikah lagi-kemungkinan di Sumatera-dan kabarnya juga mendapatkan anak. Tetapi tidak diperoleh keterangan yang lebih rinci tentang perkawinannya tersebut karena anak cucu beliau di Jakarta tidak banyak mengetahuinya. Sedangkan dari perkawinannya yang ketiga dengan Syarifah Khadijah, Habib Utsman Banahsan mendapatkan empat orang anak: Syarifah Hasinah Banahsan, Habib Sidi Ahmad Banahsan, Habib Abdul Qadir Banahsan, dan Habib Umar Banahsan. Syarifah Khadijah sendiri, sebelum menikah dengannya pernah menikah dengan Habib Husain al-Aydrus.
Dalam usia masih teramat muda, kemungkinan belum mencapai setahun;, Habib Umar Banahsan telah ditinggal wafat oleh ayahnya pada tahun 1916, sehingga tak sempat mengenalnya. Maka ia pun hidup sebagai seorang yatim di bawah asuhan sang bunda. Meski yatim, ia tak ketinggalan dalam pendidikannya. Sejak kecil, ia telah serius menuntut ilmu-ilmu agama. Pertama-tama, ia mengaji di daerah Jatinegara kepada seorang guru bernama Muallim Abdullah. Setelah itu belajar kepada guru utamanya, KH. Ahmad Marzuqi bin Mirshod (kelahiran Jakarta tahun 1876, wafat pada hari Jumat tanggal 24 Rajab 1353 H/2 November 1934 M). Sebagaimana telah disinggung di awal tulisan, Guru Marzuqi adalah salah seorang ulama terkemuka Betawi akhir abad 19 sampai awal abad 20. Sebuah makalah yang ditulis oleh Abdul Aziz dan diterbitkan oleh Divisi Penelitian LP3ES (1998) menyebutkan bahwa pada periode itu di Betawi setidaknya ada 6 (enam) ulama terkemuka yang berhasil melebarkan pengaruh keulamaan hingga menjangkau hampir seluruh wilayah di Batavia dan mempunyai murid-murid yang kemudian menjadi para ulama terkemuka. Salah satu di antara mereka adalah KH. Ahmad Marzuqi.
Habib Umar sangat dekat dengan gurunya ini. Kedekatan itu bukan hanya karena beliau belajar kepadanya. Yang lebih penting, gurunya ini adalah murid dari ayah beliau, Habib Utsman Banahsan. Bahkan, Habib Utsman Banahsan pula yang memberangkatkan Guru Marzuqi belajar ke Mekkah. Karena rasa sayangnya terhadap muridnya, Habib Utsman Banahsan kemudian menikahi ibu dari Guru Marzuqi. Kelak, Guru Marzuqi menyebut dirinya sebagai “abang” dari Habib Umar Banahsan.
Ketika pertama kali Habib Umar Banahsan hendak mengaji kepada Guru Marzuqi, sang guru berkata kepadanya sambil menunjuk kepada murid-muridnya, “Wan, mereka mengaji sama Abang dengan membayar (maksudnya memberikan hadiah), tapi Wan mengaji sama Abang, nanti Abang yang bayar.” Maka kemudian setiap selesai mengaji, Guru Marzuqi memberinya uang. Selain itu, Guru Marzuqi pun menyiapkan satu kotak khusus di majlisnya yang digunakan untuk mengumpulkan uang hadiah bagi keluarga Habib Utsman Banahsan. (Wan adalah panggilan orang Betawi kepada keturunan Arab). Demikianlah kecintaan Guru Marzuqi kepada keluarga gurunya. Kecintaan itu juga tergambar dari perhatiannya yang khusus terhadap Habib Umar. Setiap Habib Umar datang mengaji kepada Guru Marzuqi, sang guru menghentikan taklimnya dengan murid-muridnya yang lain dan waktunya khusus diberikan untuk Habib Umar.
Selain belajar kepada Guru Marzuqi, Habib Umar Banahsan juga rajin menghadiri majlis ta’Iim Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi, Kwitang dan mernpunyai hubungan yang erat dengannya. Pernah dalam suatu kesempatan di majlis ta’limnya, Habib Ali al-Habsyi mengatakan kepada para jamaah, “Bagi mereka yang berada di sebelah timur (maksudnya, Jakarta bagian timur) silakan mengaji kepada Habib Umar Banahsan, bagi yang berada di sebelah barat silakan mengaji kepada Habib Zain al-Aydrus, …. dan seterusnya.”
Suatu ketika Habib Umar Banahsan pernah datang berkunjung kepada Habib Ali al-Habsyi sambil membawa hadiah beras seraya berkata, “Ya Habib, ini beras Umar tanam sendiri di sawah Umar.” Habib Ali al-Habsyi terkejut mendengar Habib Umar menanam padi di sawah. Maka beliau berteriak gembira, “Oh”, lalu mengangkat beras tersebut ke atas kepalanya. Setiap kali Habib Umar mengadakan acara peringatan maulid di Masjid al-Abidin, Habib Ali al-Habsvi selalu diundang dan beliau memenuhinya. Bila sudah tiba di jalan menuju masjid, Habib Ali diarak sepanjang jalan sampai ke masjid sambil ditandu, dipukulkan rebana, dan disambut dengan ucapan, “Marhaban Ya Bani Zahra.” Begitulah kedekatan Habib Umar Banahsan dan murid-muridnya dengan Habib Ali al-Habsyi, seorang ulama kecintaan masyarakat Jakarta-demikian Prof. Dr. Hamka menyebutnya–yang lahir di tahun 1879 dan wafat di Jakarta pada malam Senin tanggal 21 Rajab 1388 H bertepatan dengan 14 Oktober 1968 sekitar pukul 2 0.45Awal pengabdian Habib Umar bermula pada usia sekitar 16 tahun- ketika menjadi khatib sekaligus imam dan guru di Masjid A1-Anwar yang terletak di Rawabening, depan Stasiun Jatinegara. Kiprahnya di masjid ini terus berlanjut dan semakin meningkat sampai kemudian jadwal khatib-khatib yang lain pun beliau yang mengaturnya. Di masa lalu, pengaturan dan penentuan orang yang menjadi khatib Jumat di sebuah masjid bukanlah perkara yang sederhana karena tidak sembarang orang bisa menjadi khatib atau imam. Sehingga, orang yang mengaturnya mempunyai kedudukan tersendiri.
Orang-orang dari daerah Pondok Bambu telah mulai belajar kepada Habib Umar sejak beliau masih tinggal di Jatinegara, di antaranya Ustadz Abdullah, H. Ali Muara, H. Abdul Hamid, dan sebagainya. Menurut Ustadz Abdullah, sebagaimana dituturkan oleh Habib Ahyad Banahsan, cucu Habib Umar, murid-murid beliau dari Pondok Bambu dalam perjalanan mengaji ke Jatinegara, mereka berjalan menghafalkan satu fasal dari kitab Ajurumiyah-kitab standar tingkat dasar dalam ilmu nahwu (gramatika bahasa Arab)-dan sesampainya di Jatinegara mereka telah dapat menghafalnya.
Dalam perkembangan kemudian, murid-murid di Pondok Bambu meminta Habib Umar mengajar di daerah mereka. Maka beliau pun kemudian mengajar di Mushalla al-Huda di Jaian Pahlawan Revolusi, dekat dengan kantor cabang BCA Pondok Bambu sekarang. Ternyata pengajian di Pondok Bambu ini juga diikuti oleh jamaah dari Sawah Barat, sebuah kampung yang sebenarnya masih termasuk daerah Pondok Bambu, tetapi terpisah lokasinya dan juga berbeda kondisi masyarakatnya. Mereka kemudian mengajak Habib Umar mengajar di Sawah Barat. Tokoh Sawah Barat yang banyak berjasa dalam hal ini adalah Ki Demang yang kemudian memberikan hadiah tanah kepada Habib Umar, sehingga beliau akhirnya pindah dari Jatinegara ke Sawah Barat dengan mengajak ibunya, Syarifah Khadijah. Ibunya ini . wafat di daerah ini pada hari Kamis pukul 9.03 tanggal 11 Rabiul Awal 1394 H bertepatan dengan 4 April 1974 dan dimakamkan di pemakaman keluarga yang terletak di lokasi Masjid Al-Abidin yang lama.
Di Sawah Barat, sebagian besar waktu Habib Umar digunakan untuk mengajar murid-muridnya yang datang dari berbagai tempat di antaranya Pondok Bambu, Duren Sawit, Jatibening, bahkan Cilincing, Ciledug, dan lain-lain. Di tempat ini pula beliau kemudian membangun Masjid Al-Abidin. Di masa beliau, Masjid Al-Abidin dua kali diperluas. Di masa putranya, Habib Abdullah yang kini menggantikannya, masjid yang semula menempati lahan seluas 900 meter 2.300 meter2 di antaranya terkena proyek jalan, sehingga yang tersisa tinggal 600 meter2. Mengingat lahan telah maka menyempit, Habib Abdullah memindahkan masjid ke sebelah utara bertempat di lahan baru seluas ± 3000 meter 2. Lahan Masjid Al-Abidin yang lama adalah wakaf dari Ki Demang, sedangkan lahan yang baru merupakan wakaf Ki Demang (± 1000 m2), wakaf H. Abdul Hamid (± 1000 m2), serta wakaf Habib Abdullah Banahsan dan Habib Fadhil Banahsan (± 1000 m2).
Setelah pindah ke Sawah Barat, Habib Umar menikah dengan Syarifah Fathum binti Muhammad bin Abdullah Banahsan. Mereka dikaruniai empat orang anak: Habib Abdullah Banahsan, Syarifah ‘Amira Banahsan, Habib Fadhil Banahsan, dan seorang lagi yang meninggal setelah dilahirkan tahun 1949 bernama Muhammad. Habib Umar juga pernah menikah dengan seorang syarifah dari keluarga al-Attas di Bogor, namun pernikahan itu sangat singkat dan tidak mendapatkan anak.
Syarifah Fathum Banahsan adalah seorang yatim yang dipelihara oleh Syarifah Khadijah (ibunda Habib Umar) di Sawah Barat. Sebelum menikah, Syarifah Fathum pindah ke rumah Habib Hasan, putra Habib Utsman bin Yahya. Lalu atas prakarsa Habib Hasan ini, ia dinikahkan dengan Habib Umar. Penyelenggaraan pernikahannya ditangani oleh murid-murid Habib Umar di Sawah Barat terutama= keluarga Ki Demang, salah satu tokoh masyarakat Sawah Barat saat itu, di antaranya salah seorang anaknya, H. Nu’man bin Demang, suami Ustadzah Salamah binti Soleh.
Dalam mendidik dan membesarkan putra-putrinya, Habib Umar sangat menekankan keteladanan. Apa yang beliau perintahkan kepada anak-anaknya, beliau jalankan lebih dahulu, misalnya shalat berjamaah. Selain itu pesan untuk benar-benar memelihara shalat dalam keadaan bagaimanapun menjadi pesan yang terus terngiang di telinga putra-putrinya. “Mau ke langit, juga boleh, asal jangan nggak sembahyang,” kata beliau. Maksudnya, kemana saja untuk mencari penghidupan dunia, boleh saja, asal tidak meninggalkan shalat.
Beliau juga selalu mengingatkan bahwa apa yang kita lakukan dengan beribadah kepada Allah dan melakukan apa yang diwajibkan sesungguhnya merupakan hak Allah, meskipun tidak berarti Allah mendapatkan manfaat atau keuntungan dari apa yang dilakukan hamba-hamba-Nya. Raqqullahi an yu’bad wa haqqul-’ibadi an yurzaq (hak Allah untuk disembah, dan hak hamba-hamba Allah untuk diberi rezeki) adalah kalimat yang sering dituturkannya. Selama kita beribadah, Insya Allah, rezeki dari Allah tidak sulit untuk diperoleh. Kepada anak cucunya, beliau juga mengingatkan tanggung jawab mereka, “Kita, para habaib, dalam masalah agama adalah pewaris, bukan penganut.” Beliau menegaskan itu untuk menekankan bahwa para habaib mempunyai kewajiban yang besar untuk menjaga agama.
Dalam mengajar murid-muridnya, beliau memberikan perhatian yang sangat besar kepada mereka. Beliau lebih suka mengajar mereka satu persatu. Maka ketika mengaji, setiap murid, satu demi satu, meskipun yang sudah tua, datang menghadap beliau untuk membaca kitab yang telah beliau tentukan untuk masing-masing. Sedangkan ilmu yang sangat ditekankan olehnya dan selalu diajarkannya adalah ilmu tauhid. Karenanya, sampai sekarang masyarakat Sawah Barat dari generasi-generasi yang agak tua yang pernah mengalami didikan langsung Habib Umar masih hafal definisi-definisi tentang hukum aqii, hukum syar’i, hukum ‘adi, dan berbagai istilah yang dibahas dalam ilmu tauhid. “Mereka yang tidak bisa menulis pun, hafal definisi-definisi itu,” begitu kata Habib Abdullah, putra Habib Umar. Pemahaman tentang hukum aqli sangat ditekankan olehnya, sebab menurutnya, orang-orang yang tidak berbahasa Arab mesti mengenal dan paham hukum aqli untuk bisa mengenal Tuhan dengan sebenarnya.
Penekanan terhadap ilmu tauhid tidak berarti beliau mengabaikan ilmu-ilmu yang lain. Beliau tetap mengajarkan yang lain sesuai kebutuhan murid-muridnya, termasuk anak-anaknya sendiri. Habib Abdullah menceritakan bahwa ia khatam mengaji kitab fiqih Kasyifatus-Saja pada ayahandanya, di samping kitab-kitab lainnya. Bahkan, meski tidak sampai tamat, ia sempat membaca padanya kitab Mughnil-Labib, salah satu rujukan sangat penting dalam ilmu nahwu.
Bahasa Arab dengan segala seluk beluknya terutama nahwu (sintaksis), shorof (morfologi), dan lughah (bahasa)nya sendiri terutama mufradat (vocabulary, perbendaharaan kata) memang ditekankan pula olehnya. Alasan beliau, tanpa menguasai ilmu-ilmu itu, seseorang tidak dapat membaca Al-Qur’an dengan benar.
Apa yang ditekankannya memang sangat beralasan. Seandainya pun seseorang yang tidak mengetahui bahasa Arab dapat membaca Al-Qur’an dengan pas sebagaimana semestinya, mungkin itu karena hafal, karena mengikuti bacaan orang lain, atau karena kebetulan tidak pernah salah dalam mengikuti harakat-harakat yang ada, bukan karena memahaminya. Maka seandainya ada tulisan AI-Qur’an yang ditulis orang dengan keliru atau ada orang yang salah dalam membaca AI-Qur’an maka orang yang tidak mengerti bahasa Arab tak dapat mengetahuinya.
Beberapa kelebihan dan keunikan beliau sering dikisahkan , oleh murid-muridnya. Di antaranya, bila dalam pengajian di majlisnya ada kesulitan – kesulitan mengenai suatu persoalan, maka sebelum muthala’ah (melakukan pengkajian terhadap suatu kitab), Habib Umar suka berkomentar demikian, “Mungkin masalah ini jawabannya begini.” Ternyata setelah masing-masing melakukan muthala’ah, keterangan di dalam kitab sama seperti yang dikemukakan olehnya.
Salah seorang muridnya, Ustadz H. Abdul Rozak, sebagaimana dikatakan oleh Habib Ahyad, menceritakan bahwa jika Habib Umar sedang mengajar, suasana sangat khusyu’ dan hening. “Cecak pun tak berbunyi,” katanya mengisahkan. Selain itu, ilmu-ilmu yang disampaikan langsung dari lisan Habib Umar walaupun hanya satu kali penyampaian, dapat dihafal dan diingat oleh murid-muridnya meskipun telah berpuluh-puluh tahun, sedangkan ilmu-ilmu yang sengaja dihafalkan sendiri sudah banyak yang terlupa dan hilang. Menurut penyaksian banyak orang, seringkali ketika Habib Umar sedang mengajar, hujan mulai turun, lalu Habib Umar mengajak jamaah membaca surah al-Fatihah dan ternyata dengan izin Allah hujan berhenti.
Habib Umar Banahsan sangat mencintai kakeknya, Habib Utsman bin Yahya. Dalam majlis-majlis taklimnya beliau banyak mengajarkan kitab-kitab karangan kakeknya ini. Kecintaan itu pula yang membuatnya mengambil inisiatif untuk memindahkan makam Habib Utsman bin Yahya ke Sawah Barat. Ketika makam Habib Utsman bin Yahya dipindahkan dari Tanah Abang ke TPU Jeruk Purut oleh Pemda DKI, Habib Umar Banahsan bersama Habib Utsman bin Alwi bin Utsrnan bin Yahya (cucu Habib Utsman Mufti yang dimakamkan di al-Hawi, Condet) dan putra beliau, Habib Fadhil Banahsan serta beberapa murid senior datang ke TPU Jeruk Purut. Habib Umar Banahsan dan rombongan menggali kubur kakek tercinta, Habib Utsman bin Yahya dan membawa atsar atau bekas-bekas yang tertinggal dari jasad Habib Utsman bin Yahya serta nisan kubur yang ditanam oleh Pemda di tempat tersebut. Sesampainya di rumah beliau di Sawah Barat, Pondok Bambu, Habib ‘Umar menanamnya di masjid beliau, Masjid Al-Abidin ketika masjid ini masih berada di lokasi yang lama. Saat ini, karena proyek Jalan Casablanca-oleh masyarakat setempat disebut Jalan Baru– Masjid Al-Abidin sudah dipindahkan ke lahan baru di seberangnya sedangkan kubur Habib Utsman bin Yahya yang berada di tengah pekuburan keluarga Habib Umar Banahsan tetap berada di tempatnya karena tidak seluruh area masjid terkena proyek pernbangunan jalan tersebut.
Semasa hidupnya, Habib Umar Banahsan mempunyai hubungan yang dekat dengan para ulama seangkatannya terutama dengan sesama murid Guru Marzuqi. Di antara mereka adalah Alm. KH. Ahmad Mursyidi (1915-2003), pendiri dan pemimpin Perguruan al-Falah, Mender, KH. Hasbiyallah (1914-1982), pemimpin Perguruan al-Wathoniyah, Mender. Mereka berdua dan beberapa ulama lainnya sering mengunjungi Habib Umar. “Kalau KH. Hasbiyallah datang berkunjung, saya biasanya diberi uang seringgit,” kata Habib Abdullah mengenang pengalaman masa kecilnya. Uang sekian cukup besar untuk ukuran saat itu, sekitar awal tahun 1950-an.
Setelah puluhan tahun mengabdikan dirinya untuk agama dengan mendidik dan membimbing masyarakat Pondok Bambu, Sawah Barat, dan sekitarnya,. pada 1 Januari 1982 Habib Umar Banahsan berpulang ke rahmatullah dan dimakamkan di pemakaman keluarga di Masjid Al-Abidin yang lama. Harapan beliau agar anak cucunya dapat meneruskan perjuangannya tidak sia-sia karena setelah beliau tiada maka putra-putranya, Habib Abdullah dan Habib Fadhil melanjutkan peran sang ayah dalam mendidik dan membimbing masyarakat Pondok Bambu, Sawah Barat, bahkan Duren Sawit dan sekitarnya, terutama dalam masalah-masalah agama.
Pengajian di Masjid AI-Abidin sejak dulu menjadi harapan masyarakat di daerah ini. Meskipun pengajian, jangan Anda bayangkan kegiatannya seperti rnajlis-majlis taklim umum yang banyak diadakan di masjid atau mushalla di daerah-daerah lain. Pengajian di sini tak ubahnya seperti di madrasah bahkan seperti di pesantren, hanya saja para santri tidak menginap. Kegiatan majlis taklim yang sifatnya umum dan mingguan memang ada, tetapi kegiatan utama di masjid ini adalah pengajian kitab-kitab yang diadakan setiap malam, kecuali malam Jumat, sejak sesudah maghrib sampai sekitar jam 22.00 yang diikuti oleh ratusan santri laki-laki dan perempuan. Mereka mempelajari berbagai ilmu, mulai dari AI-Qur’an, hadits, tauhid, fiqih, tafsir, nahwu, shorof, balaghah, dan sebagainya. Santri-santri ini terbagi ke dalam beberapa kelas dan kelompok. Masing-masing kelas setiap malam mempelajari ilmu-ilmu tertentu dengan pegangan kitab yang telah ditentukan. Kini, lebih dari 40 guru yang membimbing mereka yang sebagian besarnya adalah alumni dari Al-Abidin sendiri.
Sejak tahun 1990-an peran Habib Abdullah dan Habib Fadhil diperkuat oleh generasi cucu, terutama Ir. Sayyid Ahyad bin Abdullah Banahsan yang peranannya, baik di dalam maupun di luar Masjid al-Abidin sangat menonjol dan diakui banyak pihak. Juga Sayyid Miftah bin Sidi Ali Banahsan yang meskipun telah pindah ke daerah Cibening, Pondok Gede, masih tetap meluangkan waktu untuk mengajar dan memberikan khutbah di Masjid al-Abidin.

PETUAH DARI MAULANA HABIB MUHAMMAD LUTFI bin ALI bin HASYIM Bin Yahya Pekalongan tentang nasab Adzmadkhan

Bismillaah,
🌺🌻🌷PETUAH DARI MAULANA HABIB MUHAMMAD LUTFI bin ALI bin HASYIM Bin Yahya Pekalongan tentang nasab Adzmadkhan🌷🌻🌺



#Sblum menulis sy konfirmasi tulisan ini untuk membuka sejarah demi persatuan ummat bkn bangga2an nasab sy pun sbtulnya ga enak disebut habib wlw itu hanya didunya maya enakan disebut gus ato den krna dri ibu sy kluarga besar pesantren2 mayoritas di cirebon dan dri abah sy para kyai pelosok2 pemimpin pesantren dikampung2 banten .mayoritas masih kaitanaya kluarga sy bermuara pada sunan gunung jati dri jalur pangeran pasarean dan banten maulana Hasanuddin .sebutan habib terlalu berat dan leluhur kami gabiasa disebut habib dari walisongo kebawah .paling raden gus,tubagus kyai,cung kacung,mas dll .

Kita hanya debu sandal guru2 kita yg pantas disebut habib nyatanya ga disebut habib tetap kyai,syaikhona,hadrotusyaikh,mbah dll .

Sperti yai2 lirboyo yg gakan tidur sblum doakan santri ato yai chudori yg semenjak kecil sudah berpuasa untuk mendoakan santrinya sampe beliau wafat.

Dibawah ini sejarah tentang perjuangan walisongo dan turunanya min bani adzmatkhan alhusaini ba alawi mastur/tertutup gaterkenal .

Petuah ini disampaikan saat Haul Sunan Ampel, bulan Juli.
Tidak jelas kapan tepatnya. Namun ada hal hal mendasar yg insyallah penting utk diketahui bersama.maaf kalau ada bahasa sedikit keras dan kurang sopan ditukil dri berbagai sumber .🙏🙏🙏🙇🙇🙇🙇

Petuah ini menyinggung sangat tegas & keras kepada para HABAIB / SAYYID yang TIDAK / KURANG HORMAT kepada para HABAIB KETURUNAN WALI-9, yang bersatu dalam wadah / marga AL-ADZMATKHAN AL-HUSAINI.

###
Setelah pidato pembukaan, beliau menyampaikan:

"Mbah Kanjeng Sunan Ampel, ya As-Sayyid Al-Habib Al-Imamul Kabir Al-Ghouts Al-Quthubul Aqthob ALI ROHMATULLOH Al-Adzmatkhan, yang sering kita sebut Raden AHMAD ROHMATULLOH Kanjeng Sunan Ampel ini, merupakan PENTOLAN muballigh HEBAT di Jawa ini, keturunan Rosululloh صلى الله عليه وسلم."

"Beliau mendedikasikan hidup beliau (mencurahkan jiwa raga & waktu), demi dakwah di Tanah Nusantara ini, khususnya JAWA."

"Beliau & para tim Wali-9, adalah pendahulu kita dalam Islam di bumi ini, untuk itu, kita akan KUWALAT jika tidak hormat bahkan melupakan jasa-2 beliau para Wali-9."

"Saya sering menyaksikan, bahwa para Habaib yg baru datang dari Hadramaut, jauh setelah Wali-9 wafat, mereka PETENTANG PETENTENG, ngandalke marga mereka."

"Kalian itu siapa..??"_
"Apa jasa kalian di bumi Jawa ini..?"

"Leluhur kalian (para habaib / sayyid), datang dari Hadramaut ke negeri ini, itu Jawa sudah banyak Islamnya, dan saat itu Islam di jawa sudah ada ratusan tahun lamanya."

"Islam di Nusantara ini, berkah perjuangan para wali Alloh keturunan Rosululloh dari marga ADZMATKHAN."

"Artinya, kalian cuma nompo kepenak, tompo resik, tanpa susah payah, dakwah tinggal melanjutkan saja, karena sudah dibukakan pintu dan jalan oleh Wali-9 ADZMATKHAN, untuk kalian lewati."

"Untuk itu, saya sangat bersedih jika diantara kalian malah mencaci maki keturunan Wali-9 itu, apa lagi sampai MENGANGGAP MEREKA BUKAN DZURRIYYAH ROSULULLOH.

"Kalian di sini cuma NGGANDUL BERKAHE WALI-9 & KETURUNAN mereka.

"Jadi pesan saya, kalian para Habaib & Sayyid dari Hadramaut, termasuk saya sendiri, JANGAN ADI GANG ADI GUNG ADI GUNO, di tanah yang BUKAN leluhur kita yg membangun."

"Kita wajib KHIDMAH, TA'DHIM, NGRUNGKEBI terhadap seluruh keturunan WALI-9 itu.

"Dan mereka masih SAUDARA TUA kita, mereka bersatu dalam marga AL-ADZMATKHAN, yang tersebar membaur dengan masyarakat asli negeri ini, bahkan ADZMATKHAN banyak yang *BERSEMBUNYI.

_"Berhati-hatilah kalian dalam bergaul dengan mereka, karena sekali lagi, mereka *SAUDARA YANG LEBIH TUA* dari kita."_

"Dan leluhur mereka lebih dahulu MEMBUKAKAN PINTU ROHMAT ALLOH DI TANAH NUSANTARA INI, untuk warga asli & juga untuk kita selaku saudara pendatang.

"Kita semua, yang BUKAN AL-ADZMATKHAN di tanah ini hanyalah NGGANDUL BAROKAHE WALI-9 & SEDANTEN KETURUNAN WALI-9."

"Kita sangat HARAM merendahkan mereka, untuk itu kita WAJIB hormat & adab ashor kepada mereka."

"Kalau bicara dengan mereka, gunakan UNGGAH UNGGUH JAWA yang baik dan benar, gunakan bahasa KROMO INGGIL khas jawa."

"Kiranya itu yang dapat saya pesankan bagi kalian semua yg hadir di sini."

"Semoga bermanfaat & kalian tancapkan dalam-dalam ke sanubari kalian, serta MENGAMALKANNYA di kehidupan kalian."

###
Beliau menutup pidato beliau..

Adzmadkhon Adalah Pondasi Dari Min Ahli Baitin Nabi Muhammad SAW. Semegah Apapun Bangunan Jika tanpa Pondasi, tak Mungkin Dan Mustahil. Biarlah Tetap Mastur.
Hanya Datuknya lah Yang Tahu Rasulullah SAW dan ALLOH SWT.🌹🌹🌹
Shollu ala Sayyidina Muhammad...

Nasab walisongo dan leluhur habaib di Indonesia dan mayoritas ULAMA NU ketemu disayyidina MUHAMMAD SOHIB MIRBAT smua harus faham ini demi kerukunan habaib dan ulama NU MUSUH KITA YAHUDI KAFIR HARBI BKN SESAMA SAUDARA. mari bergandengan tangan membimbing ummat dan meneguhkan agama islam meneruskan dakwah ulama salaf.

Silsilah nasab Al-Imam Abdul Rahman Al Seggaf LELUHUR HABAIB DI INDONESIA

Nasab Syekh Abdurrahman bin Muhammad As-segaff
Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Habib Abdurrahman As-Segaff bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin Syekh Ali Shohibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.Nasab leluhur walisongo sayyid Alwi ammul faqih Sayyid Abdul Malik bin Alawi (Ammil Faqih) bin Muhammd Shahib Marbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alawi Baitu Jubair bin Muhammad Maula Ash-Shouma’ah bin Alawi Al-Mubtakir bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-’Uraidhi bin Ja’far Ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Fathimah az-Zahra’ binti Muhammad Rasuli-Llahi Shalla-Llahu Alaihhi wa-Sallam

Dibawah ini adalah Silsilah KH Abdurrahman Wahid / Gus Dur hingga ke Nabi Muhammad SAW :
• Nabi Muhammad SAW
• Fatimah Az-Zahra
• Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad
• Al-Imam Sayyidina Hussain
• Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin
• Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
• Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin
• Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
• Sayyid Muhammad An-Naqib bin
• Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin
• Ahmad al-Muhajir bin
• Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin
• Sayyid Alawi Awwal bin
• Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
• Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
• Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin
• Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
• Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
• Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India) bin
• Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan bin
• Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin Al-Khan bin
• Sayyid Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Al-Khan bin
• Sayyid Maulana Malik Ibrahim Asmoroqandi / Syech Syamsu Tamres bin
• Adipati Andayaningrat / Kyai Ageng Penging Sepuh bergelar Syarif Muhammad Kebungsuan II bin
• Kyai Ageng Kebo Kenogo bin
• Sultan Hadiwijaya / Jaka Tingkir / Sayyid Abdurrahman Azmatkhan bin
• Pangeran Benowo / Sultan Prabu Wijoyo I / Sayyid Abdul Halim bi n
• Pangeran Mas Putra Adipati Pajang / Sayyid Abdurrahman / MBAH SAMBU bin
• Panembahan Raden / Sultan Prabu Wijoyo II / Pangeran Benowo II + Raden Ayu Panembahan Raden Kajoran
• Sayyid Ahmad / Pangeran Sumo Hadiwijoyo alias Mbah Mutamakkin bin
• Sayyidina Abdul Wahid bin
• Sayyidina Abu Sarwan bin
• Sayyidina KH. As’ari bin
• Sayyidina KH. Hasyim As’ari bin
• Sayyidina KH. Abdul Wahid Hasyim bin
• KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)Nasab gusdur

NASAB yai said aqil siroj • Nabi Muhammad SAW
• Fatimah Az-Zahra
• Al-Imam Sayyidina Hussain
• Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin
• Sayyidina Muhammad Al Baqir
• Sayyidina Ja’far As-Sodiq
• Sayyid Al-Imam Ali Uradhi
• Sayyid Muhammad An-Naqib
• Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi
• Ahmad al-Muhajir
• Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah
• Sayyid Alawi Awwal
• Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah
• Sayyid Alawi Ats-Tsani
• Sayyid Ali Kholi’ Qosim
• Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
• Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut)
• Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India)
• Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan
• Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin Al-Khan
• Sayyid Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Al-Khan
• Sayyid ‘Ali Nuruddin Al-Khan @ ‘Ali Nurul ‘Alam
• Sayyid ‘Umadtuddin Abdullah Al-Khan
• Sunan Gunung Jati @ Syarif Hidayatullah Al-Khan
• Pangeran Pasarean @ Pangeran Muhammad Tajul Arifin
• Pangeran Dipati Anom @ Pangeran Suwarga @ Pangeran Dalem Arya Cirebon
• Pangeran Wirasutajaya ( Adik Kadung Panembahan Ratu )
• Pangeran Sutajaya Sedo Ing Demung
• Pangeran Nata Manggala
• Pangeran Dalem Anom @ Pangeran Sutajaya ingkang Sedo ing Tambak
• Pangeran Kebon Agung @ Pangeran Sutajaya V
• Pangeran Senopati @ Pangeran Bagus
• Pangeran Punjul @ Raden Bagus @ Pangeran Penghulu Kasepuhan
• Raden Ali
• Raden Muriddin
• KH Raden Nuruddin
• KH Murtasim ( Kakak dari KH Muta’ad Benda Kerep )
• KH Said ( Pendiri Gedongan )
• KH Siraj
• KH Aqil
• KH Said Aqil Siraj ( Ketua PBNU )

ASAL MUASAL PENYEBAR ISLAM DI NUSANTARA DAN SILSILAH NASABNYA DARI TAUTAN walisongo BA ALAWI.
Diantaranya
"Permata" Keturunan Walisongo
1
Sayyid Mahmoed Azmatkhan
Imam Bonjol Azmatkhan (Pahlawan perang dari Minangkabau)
Pangeran Diponegoro Azmatkhan (Pahlawan perang Jawa)
Sultan Mahmud Badaruddin Azmatkhan (Pahlawan Perang Palembang)
Syekh sayyid ulama hijaz Nawawi Bin Umar Al Bantani Azmatkhan (ulama besar dunia)
Kyai Marogan Azmatkhan Palembang (Ulama besar palembang)
Syaikhona KH M Cholil " Azmatkhan" Bangkalan (paku ulama jawa)
Habib Bahruddin Azmatkhan Al Hafizh (ulama Ahli nasabnya walisongo)MURSYID TORIQOH TQN SYEHK TOLHAH CIREBON. MBAH YAI KHOZIN BUDURAN (guru besar ulama khos jawa) KH HASAN BESARI (TEGAL)
Hadrotusyaikh KH Hasyim Asy'ry Azmatkhan (Pendiri NU) KH TUBAGUS JAUHARI UMAR/sohibul manaqib. kh said aqil siraj (KETUM PBNU) KIYAI makruf amin (MUI dan ROIS AAM PBNU) KIYAI ABBAS BUNTET pesantren gurunya GUS DUR , MBAH SOLEH BENDAKEREP, Mbah KH ASRORI AL ISHAQI,
Mbah KH Muhammad Dahlan Azmatkhan (Pendiri Muhammadiyah) Alqutub KHR As'ad Syamsul Arifin Azmatkhan (ulama besar NU)
Abuya Dimyati Banten ,Abuya Nahrowi tanah baru Bogor ,Abuya tubagus Bakri (mama bakri purwakarta) Mbah mahrus aly lirboyo,mbah chudori tegal rejo Magelang,Gus Miek "KH HAMIM DJAZULI,Mbah Hamid pasuruan,KH Muhammad hasan probolinggo,syeh asnawi caringin banten ,Tuan Guru Marzuki (mufti betawi) Syeh tubagus Falaq bogor (gurunya Abah guru sekumpul yg jama'ahnya terebsar se Asia )Abah guru sendiri tautan nasab dari ibu beliau ke sepupunya SUNAN GIRI.Dan abah beliau ke abu bakar alhindi asolabiah al idrus Dan masih banyak lagi Menyebar Seluruh INDONESA .
───────────────────────
─────────────
Maulana Habib lutfi bin yahya: Di Indonesia kekayaan Aulia'nya itu nomor 2 setelah Hadramaut,kemudian Baghdad dan India.
Yang pertama masuk di tanah Jawa adalah Syaikh Jumadil Kubro (As-Sayyidi Jamaluddin Husain) Bin Ahmad Syah Jalaluddin Husain Bin Abdullah Azmatkhan Bin Amir Abdul Malik Bin Alwi 'Ammil Faqih Bin Muhammad Shahib Marbath.
Yang saya kagum adalah Sayyid Ahmad Syah Jalal, putra dari Abdullah Azmatkhan. Salah satu Wali,dan ibunya orang India.
Imam Abdullah mempunyai 5 putra, yang pertama Ahmad Syah Jalal yang masuk ke daerah Kamboja, didaerah itu ada Desa atau Kota namanya Campa dan Anam. Campa masyhur dengan putri Campa. Disitu agamanya masih berbeda, dan sering terjadi keributan dan perang yang tiada habisnya. Datang Imam Ahmad Syah Jalal, sebagai Ahli BaitinNabi Saw. Menjadi sebab juru selamat dengan akhlaqnya yang luar biasa menyatukan 2 kerajaan Anam dan Campa. Dan kedua Kerajaan itu menyerahkan kedudukannya kepada Imam Ahmad Syah Jalal dan ditunjuk sebagai Rajanya. Yang meninggal didaerah Anam.
Dan putranya yang pertama Imam Jamaluddin Husain, ibunya adalah Putri Campa.
Kemudian Imam Jamaluddin Husain mempunya anak
Yang ada di Indonesia adalah Imam Hisyamuddin yang dimakamkan di Banten.
Kemudian Barokat Zainal Abidin, Ayah Dari Maulana Malik Ibrahim.
Yang pertengahan, Al Imam Ibrahim Asmoroqondi Ayahnya Sunan Ampel, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang) Dan Sunan Ali Al Murtadho (Sunan Mbedilan), makamnya di Gresik.
Kanjeng Sunan Mbedilan mempunyai anak namanya Kanjeng Usman Haji makamnya di Mandalika, terkenal dengan Sunan Mandalika, dekat dengan Jepara.
Saya kagum dengan Imam Ahmad Rahmatillah (Sunan Ampel) anaknya ada 11, Putra-putrinya menjadi orang-orang yang sangat luar biasa, yaitu:
1. Sayyid Hasyim atau Maulana Qosim (Sunan Drajad), ahli ekonomi, ahli tasawuf, ahli sastra dan seniman.
Menurut Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Kitab Sejarah Walisongo yang berasal dari catatan KHR. Abdullah bin Nuh Bogor, diterangkan bahwa Sunan Drajat adalah Bapak pendiri Al-Aitam Pertama (Rumah Yatim Pertama).
Sunan Drajat yang menurunkan Sunan Nur Rahmat Sendang Dhuwur, yang berputra
•Sayyid Abdul Qodir,berputra
•Sayyid Abdul Qohir (Adipati Gampang) berputra,
•Aryo Hadiningrat 1,berputra
•Aryo Hadiningrat 2,berputra
•Raden Bukuh,berputra
•Raden Husain Rahmatillah (Raden Among Negoro), Bupati Pekalongan pertama dijaman Sultan Agung, berasal dari Pasuruan, yang dimakamkan di Sapuro Pekalongan,berputra
•Raden Qosim atau Jayeng Rono 1, Bupati Wiroto,berputra
•Raden Muhammad atau Jayeng Rono 2,Bupati Wiroto ,berputra
•Sayyid Ahmad Husain Rahmatillah , Bupati Batang.
Sunan Drajat Pendiri rumah yatim pertama bedanya tidak membuat bangunan. Yang mengumpulkan anak yatim pertama. Tiap hari di temui setiap rumahnya yang ada yatimnya kemudian dikumpulkan di Masjid, maghrib diajak belajar, isya' sudah makan bersama kemudian diajak pulang kerumahnya masing masing. Melakukan itu semua setiap hari, kantongnya tidak pernah rapat.
Makanya sejak wafatnya Sunan Drajat,dari anak anak sampai orang orang tua semuanya menangisi karena kehilangan seorang pengayom dan pelindung umat. Karena Sunan Drajat Mengikuti sunahnya Kanjeng Nabi Saw.
Kanjeng Nabi Saw kalau hari Raya Idul fitri, setelah shalat Id, kanjeng Nabi Saw duduk didepan Masjid bersama Shahabatnya. Kanjeng Nabi Saw dari jauh melihat kearah pucuk tebing gunung ada seorang anak.
Menurut Maulana Habib Luthfi bin Yahya, Kanjeng Nabi Saw itu mempunyai keistimewaan, tingginya Kanjeng Nabi Saw itu kalau di dekati orang Hijaz yang tingginya 2 meter lebih, tetep tinggi Kanjeng Nabi Saw. Berjalan didekati orang yang tingginya 170 cm. Tetep tinggi Kanjeng Nabi Saw.
Jarak pandang Rasulullah Saw. Didekat dan jauh sama saja. Pendengarannya juga demikian.
Makanya bisa melihat anak kecil umur 7 tahun di atas tebing.
Kalau melihat anak anak kecil di Madinah terkepung beberapa gunung gunung.
Kemudian Kanjeng Nabi Saw mendekati kearah tebing, "Hai anak kecil yang berselimut sorban", melihat teman temannya dibawah, terkadang sorbannya ditutupkan kewajahnya,terkadang dibuka, sebab agar tidak ketahuan.
Kanjeng Nabi Saw dari belakang memberi salam "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh". Anak itu mendengar salam dari Kanjeng Nabi Saw, langsung berdiri dan merangkul Kanjeng Nabi Saw karena sangat bahagianya. Diusap usap kepala anak itu,dan didudukkan diatas dekapan Beliau.
Kanjeng Nabi Saw bertanya, "kenapa tidak ikut merayakan hari raya bersama dan ditebing sendirian, dari mana nak? "
dijawab dengan kepolosan dan kelucuannya, "Aku malu ya Rasulullah."
ini lho, pakaianku penuh tambalan Ya Rasulullah, dibelakangku juga".
Pakaian belakangnya itu sudah sobek, Kanjeng Nabi melihat dan senyum memperhatikan anak yang ada dipangkuannya. Kemudian Beliau bertanya, "Ayah kamu dimana nak?"
ketika ditanya seperti itu, anak itu menundukkan kepalanya.
Dengan suara pelan anak itu menjawab "Ayahku sudah meninggal diperang Uhud ya Rasulullah ".
Rasulullah kaget terhentak mendengar jawaban anak itu,ternyata anak itu yatim.
Kemudian Beliau tanya lagi, "dimana ibumu nak".
Anak itu menjawab, "ibuku menikah lagi demi aku ya Rasulullah, sampai saat ini belum kembali,makanya aku disini menunggu."
Lalu anak itu diangkat oleh Rasulullah Saw ,di sandarkan dipundak Beliau, dan Beliau berkata "Hai nak, jangan takut,Aku sekarang ayahmu, Aku sekarang keluargamu" dipanggul oleh Kanjeng Nabi Saw dan dibelikan pakaian yang bagus ,dimandikan dan dipakaikan pakaiannya oleh Baginda Nabi Saw digandeng di Masjid dan dipangku oleh kanjeng Nabi Saw dipanggilkan teman temannya untuk bermain bersama. Kanjeng Nabi Saw. berkata kepada anak itu,"sana bermain nak, Ayahmu disini menunggumu nak, Kalau ada perlu apa apa, jangan khawatir Saya disini."
Itulah Kanjeng Nabi Saw. Itu termasuk Sunan Drajat mengikuti Kanjeng Nabi Saw kantongnya tidak pernah rapat.
2. Gurunya para Ratu, gurunya para Wali dan Ulama' ,gurunya para Senopati, Sulthan, Adipati, dan para santri. Yaitu Al Imam Quthbil Ghaust Sayyidi Ibrahim Alias Sunan Bonang.
Sampai ada pepatah, kalau kamu masuk ke Jawa tidak Ziarah ke Tuban, sama saja kamu masuk Madinah tetapi tidak bisa Ziarah ke Kanjeng Nabi Saw. Itu menuduhkan pangkatnya Sunan Bonang.
3. Orang yang paling terkenal, Orang yang sangat arif bijaksana dalam menentukan hukum menjadi peranan di Demak, yaitu Sayyid Zainal Abidin (Sunan Qodhi Demak),
4. Ahli ekonomi,yang berhasil luar biasa ,ahli fiqih dan muhadist, yaitu Al Imam Sunan Kudus (Imam Asqolani, Ibnu Hajarnya tanah Jawa).
Yang diterapkan Sunan Kudus, sehingga Pangeran Poncowati tunduk kepada Sunan Kudus karena Sunan Kudus melarang hari raya besar memotong sapi,bukan mengharamkan. Karena Mayoritas pada waktu itu agamanya Hindu. Sunan Kudus tidak mau melukai, tidak mau melukai diantara agama, menjaga kesatuan dan persatuan dan menjaga bagaimana rahmatal lil 'alamin.
Dengan sajak dan sastranya, pidatonya Beliau Radhiallahu ta'ala anhu tentang masalah sapi, dengan mengetahui kebijakan yang luar biasa,langsung Pangeran Poncowati taslim, menyerahkan kerajaannya kepada Sunan Kudus Bin Ahmad Rahmatillah (Sunan Ampel).
Salah satu Nasab ada yang bilang kalau Sunan Kudus adalah anak dari Sunan Usman Haji. Tapi saya melihat dari kitab Maktab Daimi maupun di Mesir dan ahli Nasab semua mengakui anak dari Sunan Ampel.
5. Sayyidi Abdul Jalil (Sunan Bagus Jepara) ,seorang tasawuf, sufi tapi fuqaha yang luar biasa.
6. Sayyid Ahmad Husyamuddin (Sunan Lamongan) ,waktu lahirnya persis sama seperti wafatnya Sunan Ampel.
Makanya dinamai Ahmad bin Ahmad. Ahmad Husyamuddin Bin Ahmad Rahmatillah ,itu adat orang Arab. Kalau ditinggal wafat oleh Ayahnya pasti dinamai sama dengan Ayahnya.
7. Putrinya Sunan Ampel, Waliyah, Khafidhoh, Alimah, Sayyidah Asyiqoh binti Ahmad Rahmatillah, yang menjadi istrinya Maulana Sulthan Abdul Fatah Demak.
8. Dewi Ruqoyyah, istrinya Al Imam Muhammad Ainul Yaqin (Sunan Giri),
9. Dewi Aisyah , istrinya Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) MAULANA SYARIF HIDAYATULLOH bin syarif abdullah bin ali nur alam bin syeh sayyid jumadil qubro terus sampe imam alwi ammul faqih beliau ahli strategi dakwah dan perang sehingga mempunyai wilayah yg sangat luas dari cirebon sampe banten dan menjadi sultan banten putranya yg bernama maulana HASANUDDIN dan dijakarta ada menantunya pangeran jayakarta.

PANGERAN JAYAKARTA/SAYYID FATAHILAH AZHMATKHAN AlHUSAINI

BELIAU adalah PENDIRI IBU KOTA JAKARTA
,karna SAYYID FATAHILAH menantu dari SYARIF HIDAYATULLAH (sunan gunung Jati) orang CIREBON suka memanggil SUNAN GUNUNG JATI 2 kepada Sayyid Fatahilah

Menurut Sayyid Bahruddin Azmatkhan dalam kitabnya Al-Mausû’ah Li Ansâbi Al-Imam Al-Husaini, adapun nasab dari Fatahillah terutama jalur nasab ayahnya adalah sebagai berikut :
1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW
2. Sayyidah Fatimah Azzahra
3. Al-Imam Sayyidina Husein Asshibti
4. Al-Imam As-Sayyid Ali Zaenal Abidin
5. Al-Imam As-Sayyid Muhammad Al Baqir
6. Al-Imam As-Sayyid Ja’far Asshodiq
7. Al-Imam As-Sayyid Ali Al Uraidhi
8. Al-Imam As-Sayyid Muhammad Annaqib
9. Al-Imam As-Sayyid Isa Arrumi
10. Al-Imam As-Sayyid Ahmad Al Muhajir
11. Al-Imam As-Sayyid Ubaidhillah/Abdullah
12. Al-Imam As-Sayyid Alwi Al Awwal/Alwi Al Mubtakir (cikal bakal lahirnya Keluarga Besar/ Bani Alawi
13. Al-Imam As-Sayyid Muhammad Shohibus Souma’aH
14. Al-Imam As-Sayyid Alwi Atsani/Alwi-Shohib Baitu Jubair
15. Al-Imam As-Sayyid Ali Kholi’ Qosam
16. Al-Imam As-Sayyid Muhammad Shahib Marbath
17. Al-Imam As-Sayyid Alwi Ammul Faqih
18. Al-Imam As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
19. Al-Imam As-Sayyid Abdullah Amirkhan
20. Al-Imam As-Sayyid Sultan Ahmad Syah Jalaludin
21. Al-Imam As-Sayyid Husein Jamaluddin Jumadhil Kubro I
22. Al-Imam As-Sayyid Sultan Barakat Zaenal Alam
23. As-Sayyid Maulana Maghfur/Maulana Abdul Ghafur
24. As-Sayyid Maulana Mahdar Ibrahim Patakan/Mufti Kesultanan Pasai
25. As-Sayyid Fathullah / Ahmad Fathullah / Fatahillah / Fadhillah Azmatkhan/ Wong Agung Paseh / Falatehan / Tubagus Pasai/ Laksamana Khoja Hasan / Pangeran Jayakarta
Sangat jelas dalam nasab ini jika Fatahillah nasabnya masih merupakan keluarga besar Walisongo, karena kakeknya yang nomor 21 yaitu Al-Imam Sayyid Husein Jamaluddin Jumadhil Kubro adalah nenek moyangnya Walisongo, sedangkan kakeknya yang 22 adalah Maulana Abdul Ghofur. Maulana Abdul Ghofur adalah adik dari Maulana Malik Ibrahim Azmatkhan yang merupakan walisongo angkatan pertama. Artinya Maulana Malik Ibrahim masih terhitung kakek dari Fatahillah, karena Maulana Abdul Gafur adik dari Maulana Malik Ibrahim. Adapun jika ditinjau dari jalur ibunya , nasab Fatahillah adalah :
1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW
2. Sayyidah Fatimah Azzahra/Fatimah Al Batul
3. Al Imam Sayyidina Husein Asshibti
4. Al Imam As-Sayyid Ali Zaenal Abidin
5. Al Imam As-Sayyid Muhammad Al Baqir
6. Al Imam As-Sayyid Ja’far Asshodiq
7. Al Imam As-Sayyid Ali Al Uraidhi
8. Al Imam As-Sayyid Muhammad Annaqib
9. Al Imam As-Sayyid Isa Arrumi
10.Al Imam As-Sayyid Ahmad Al Muhajir
11.Al Imam As-Sayyid Ubaidhillah/Abdullah
12.Al Imam As-Sayyid Alwi Al Awwal/Alwi Al Mubtakir (cikal bakal Bani Alawi)
13.Al Imam As-Sayyid Muhammad Shohibus Souma’ah
14.Al Imam As-Sayyid Alwi Atsani/Alwi Shohib Baitu Jubair
15.Al Imam As-Sayyid Ali Kholi’ Qosam
16.Al Imam As-Sayyid Muhammad Shahib Marbath
17.Al Imam As-Sayyid Alwi Ammul Faqih
18.Al Imam As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
19.As-Sayyid Abdullah Amirkhan
20.As-Sayyid Sultan Ahmad Syah Jalaludin
21.As-Sayyid Husein Jamaluddin Jumadhil Kubro Wajo
22.As-Sayyid Ibrahim Zaenuddin Al Akbar Asmorokondi
23.As-Sayyid Maulana Ishak Azmatkhan
24.Syarifah Musallimah Azmatkhan (MELAHIRKAN FATTAHILLAH)
Artinya ayah dan ibu Fatahillah sama-sama Azmatkhan Al-Husaini, kedua-duanya berasal dari rumpun nasab yang sama yaitu Sayyid Husein Jamaluddin Jumadhil Kubro Wajo. Ibu dari Fatahillah adalah adik kedelapan dari Sunan Giri Azmatkhan (Maulana Muhammad Ainul Yaqin), artinya Fatahillah adalah keponakan dari Sunan Giri. Fatahillah juga merupakan cucu keponakan dari Sunan Ampel Azmatkhan, karena Maulana Ishak adalah kakak dari Sunan Ampel Azmatkhan. Jadi jelas dari uraian nasab ini Fatahillah adalah masih merupakan bagian penting keluarga besar Walisongo.
Di Jayakarta kelak Fattahillah banyak menurunkan-pejuang tangguh yang salah satunya adalah Guru Amin dari Kalibata, Pejuang Betawi yang legendaris dari rumpun keluarga besra Pangeran Sanghyang yang merupakan keturunan Pangeran Sendang Garuda bin Fattahillah dan dimakamkan di Cirebon. Disamping itu, salah satu anak Fattahillah yaitu Pangeran wijayakusuma yang dimakamkan di Jelambar Jakarta Barat juga kelak menjadi tokoh besar. Keturunannya yang lain yang berada di lampung adalah Raden Inten yang merupakan musuh besar penjajah Belanda, juga beberapa ulama besar di palembang juga banyak keturunan dari Fattahillah, belum lagi yang berada di Malaka dan juga Aceh. Intinya Fattahillah adalah tokoh besar Islam Nusantara. sehingga sangatlah wajar jika keberadaannya dhormati masyarakat Aceh, Malaka, Demak, Cirebon, Banten, Ternate, Lampung, Palembang, sehingga sangatlah ironis jika ada orang Jakarta justru melecehkan pahlawan besar Nusantara ini.
Melecehkan Fattahillah yang jelas merupakan ulama, pejuang, mujahid, itu sama saja menunjukkan bahwa mereka yang melakukan hal negatif itu buta akan sejarah pejuang yang Agung ini...
Al Fatehah10. Dewi Muthmainah, istri dari alim alimnya para Walisongo di jaman itu, yaitu Sayyid Abdurrahman Ar Rum,
11. Dewi Hafsah, Istri dari Sayyid Ahmad Ibnu Yahya Al-Yamani.
Inilah yang saya kagum, putra putrinya menjadi orang yang sangat luar biasa. Itulah tanda, bagaimana generasi tua bisa melahirkan generasi penerus yang luar biasa.
Mudah mudahan ini menjadi contoh bagi kita semua, mampukan atau tidak akan bisa melahirkan re generasi penerus pembangunan agama ,umat dan bangsa ini hingga lahirlah bangsa bangsa, umat umat indonesia siap menjawab tantangan umat dan bangsa, sehingga kita tidak menjadi golongan yang mengecewakan sesepuh ,leluhur dan para ulama kita.
Saya tidak butuh jawaban "Tidak", tapi tunjukkan kalau kita tidak menjadi orang orang yang mengecewakan Baginda Nabi Saw , Ulama ,Leluhur leluhur kita. Wallahu a'lam (Spd)
───────────────────────
Mauidhah khasanah : Maulana Habib Luthfi bin Yahya, Rais Aam Idarah Aliyah Jam’iyyah Ahlith Thoriqah al- Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN). Semiga kita mendapat barokah assror para masyaikh diatas aamiin.

PUSAT PELATIHAN ILMU BELADIRI LAHIR & BATHIN ROHMATAN LIL 'ALAMIN

16. *PROGRAM MAHAGURU SAMBER NYOWO*

*PROGRAM MAHAGURU SAMBER NYOWO* السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ PELATIHAN & GEMBLENGAN ILMU BELADIRI ...

PELATIHAN & GEMBLENGAN ILMU BELADIRI LAHIR & BATHIN ROHMATAN LIL 'ALAMIN